test

Sabtu, 24 Maret 2012

MUTIARA KEHIDUPAN

MUTIARA KEHIDUPAN

Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.

Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang, sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.

Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.

Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.

Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.

Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.

Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka

Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.

Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.

Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.

Bulan cahaya

Semoga bermanfaat,,

DARI: 

KISAH BERHAJI KARENA MENUNDA HAJI

**** BERHAJI KARENA MENUNDA HAJI ****

Assalamu'alaikumwarrahmatullahi wabarakatuh


Setelah sekian lama menabung, mengumpulkan lembar demi lembar rupiah dari hasil berjualan, terkumpullah dalam tabungan Pak Ahmad sejumlah uang yang cukup untuk membayar ongkos naik haji (ONH). Impian sejak muda untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci sebentar lagi akan terwujud. Doa-doa yang senantiasa terucap selepas shalat taklama lagi akan menjadi kenyataan.

Pak Ahmad bukanlah orang kaya. Dia hanyalah penjual es yang harus bekerja ekstrakeras agar bisa menyisihkan sebagian uangnya untuk berhaji. Kuatnya keinginan Pak Ahmad untuk berhaji menjadikan dia mampu berdisiplin menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabungkan.

Sebenarnya, ada sedikit rasa "tidak enak" dalam hati Pak Ahmad. Uang yang dikumpulkannya itu hanya cukup untuk melunasi ONH untuk dirinya sendiri, tidak untuk istrinya. Padahal, uang itu terkumpul karena bantuan istrinya juga.

"Tidak apalah, mudah-mudahan Allah memberikan rezeki sehingga istrinya bisa kebagian jatah haji pada tahun-tahun berikutnya," begitu pikiran Pak Ahmad.

Satu hari menjelang pendaftaran, salah seorang tetang-ganya datang ke rumah untuk meminjam sejumlah uang untuk membayar biaya rumah sakit. Tetangga Pak Ahmad ini terbilang orang susah, untuk makan sehari-hari saja, dia kelimpungan.

Kesulitannya semakin bertambah ketika suaminya terkena sakit parah dan mau tidak mau dia harus menyelamatkan nyawanya dengan memasukkannya ke rumah sakit. Itu pun di kelas III yang hampir semua penghuninya kaum duafa. Setelah berusaha ke sana-kemari meminjam uang, hasilnya nihil, lalu ibu ini memberanikan diri datang ke rumah Pak Ahmad untuk meminjam uang.

Pak Ahmad pun dihadapkan pada pilihan sulit: meminjamkan uang dan cita-citanya untuk berhaji akan kandas di tengah jalan atau tidak meminjamkan uang dan membuat penderitaan tetangganya bertambah panjang. Setelah berdiskusi dengan istrinya, Pak Ahmad memilih jalan ketiga.

Dia tidak meminjamkan uang dan tidak pula menahannya, tetapi memberikan seluruh uang hajinya untuk membayar biaya rumah sakit tetangganya. Sebuah pilihan yang sangat berat dan berani serta tidak masuk akal dalam pandangan kaum materialis.

Bayangkan saja, bertahun-tahun menabung, peras keringat banting tulang mengumpulkan uang, ketika uang sudah terkumpul, dia memberikannya begitu saja kepada orang lain. Namun, amal kebaikan sering sekali tak bisa diukur dengan logika kebanyakan orang.

Sebagaimana tak masuk logikanya Nabi Ibrahim yang hendak menyembelih anaknya atau "keanehan" sikap para sahabat yang rela meninggalkan tanah kelahirannya, sanak saudara, dan harta kekayaannya demi berhijrah ke Madinah walau harus melalui perjalanan yang sangat berat. Itulah buah keimanan yang teramat tinggi nilainya yang sulit dicerna oleh orang-orang yang matanya sudah silau dengan dunia.

Pak Ahmad dan istrinya sangat yakin bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan amal kebaikan hamba-hamba-Nya. Bukankah Allah dan Rasul-Nya telah berjanji, "Barang siapa yang meringankan beban saudaranya di dunia, niscaya Allah akan meringankan bebannya di akhirat."

Kemampuan memilih prioritas amal yang disertai keyakinan yang mantap terhadap janji Allah telah menguatkan hati Pak Ahmad untuk memberikan hartanya yang paling berharga.

Disertai derai air mata sedih campur bahagia, tetangga Pak Ahmad menerima uang itu. Dia seakan tengah bermimpi, ternyata pada zaman sekarang masih ada orang yang berhati mulia seperti Pak Ahmad dan istrinya. Dia tak mampu berkata apa-apa selain ucapan terima kasih dan doa semoga Allah mengganti uang tersebut dengan sesuatu yang lebih baik.

Kisah pun berlanjut. Seorang dokter yang menangani operasi Pak Fulan, tetangga Pak Ahmad, sedikit kaget. Kok bisa pasien seperti Pak Fulan bisa membayar biaya operasi yang termasuk mahal, bahkan sangat muaaahal bagi sebagian orang. Padahal, dokter itu sudah bisa menebak latar belakang Pak Fulan. Iseng-iseng dia bertanya dari mana Pak Fulan mendapatkan uang, apakah dia menjual warisan, menjual ramah, meminjam, atau apa?

"Sama sekali bukan Dok, kami ini orang miskin, tidak punya apa-apa. Jangankan membayar biaya rumah sakit yang puluhan juta, untuk makan sehari-hari pun harus gali lobang tutup lobang," jawab Pak Fulan.

"Lho, kalau begitu dari mana?"

"Alhamdulillah, ada seseorang yang membayarkan biaya operasi kami."

Dokter itu makin penasaran, "Wah hebat benar orang itu. Pastilah dia orang kaya yang sangat dermawan."

"Oh.... Tidak Dok, dia orang biasa-biasa," Pak Fulan kemudi-an menceritakan kisah Pak Ahmad yang rela menunda ibadah haji demi meringankan beban penderitaan dirinya yang sekadar seorang tetangga.

Selesai Pak Fulan bercerita, Dokter itu langsung meminta izin untuk diperkenalkan dengan Pak Ahmad. Dia ingin tahu lebih jauh tentang siapa Pak Ahmad itu sebenarnya. Allah pun mempertemukan mereka.

Kepada Pak Ahmad dan istrinya, Dokter ini berkata, "Saya ingin belajar ikhlas seperti yang Ibu-Bapak lakukan. Akan tetapi, bukan di sini, saya ingin belajarnya di Tanah Suci. Jadi, saya dan keluarga akan mengajak serta Ibu dan Bapak pergi ke sana tahun ini."

Mata Pak Ahmad tampak berkaca-kaca. Sejenak, dia tidak bisa berkata-apa. Dia seakan tidak percaya dengan kata-kata yang didengarnya. Hingga akhirnya, ucapan hamdalah terucap dari bibirnya.

Begitulah, sebelum membalas kebaikannya di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta'ala. telah memberikan DP-nya terlebih dahulu di dunia. Harapan Pak Ahmad untuk berhaji dengan istrinya akhirnya terlaksana dalam keadaan yang penuh bahagia.


Renungan yang dapat kita ambil dari kisah iniadalah ::

-Jadikanlah dirimu sebagai tolok ukur dari selainmu. Berbuatlah sesuatu yang menggembirakan orang lain sebagaimana yang engkau inginkan mereka berbuat untukmu.

-Janganlah berbuat sesuatu yang engkau tidak ingin orang lain berbuat hal itu kepadamu.

-Janganlah berbuat aniaya sebagaimana engkau tidak suka dianiaya.

-Berbuat baiklah kepada selainmu sebagaimana engkau ingin orang lain berbuat baik kepadamu. Cegahlah dirimu dari perbuatan mungkar sebagaimana engkau tidak ingin orang lain berbuat itu kepadamu.

-Berbuatlah sesuatu yang menyenangkan orang lain agar dia juga berbuat sesuatu yang menyenangkan dirimu ".

Semoga bermanfaat.............................. Amiin

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

**** KISAH TEMPE SETENGAH JADI ****


**** KISAH TEMPE SETENGAH JADI ****



Assalamu'alaikum warrahmatullahiwabarakatuh

Abah dan Emak tinggal di sebuah desa yang cukup terpencil. Setiap hari, mereka bekerja membuat tempe untuk kemudian Abah menjualnya ke pasar. Jualan tempe merupakan satu-satunya sumber pendapatan mereka untuk bertahan hidup.

Pada satu pagi, Abah jatuh sakit, Emak pun mengambil alih tugas menjual tempe. Saat tengah bersiap-siap untuk pergi ke pasar menjual tempenya, tiba-tiba Emak sadar bahwa tempe buatannya hari itu masih belum matang, masih separah jadi.

Emak merasa sangat sedih karena tempe yang masih muda dan belum matang pastinya tidak akan laku. Itu artinya, untuk hari itu, mereka tidak akan mendapatkan pemasukan. Ketika Emak dalam kesedihan, tiba-tiba Abah mengingatkan Emak bahwa Allah Swt mampu melakukan perkara-perkara ajaib karena tiada yang mustahil bagi-Nya.

Emak pun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, "Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar kacang kedelai ini menjadi tempe, amin." Begitulah doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya. Emak sangat yakin Allah pasti mengabulkan doanya.

Dengan tenang, Emak pun menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya. Emak pun membuka sedikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai itu menjadi tempe. Emak termenung seketika sebab kacang itu masih tetap kacang kedelai yang belum matang benar.

Namun, Emak tidak putus asa. Dia berpikir mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Emak pun mengangkat kedua tangannya kembali dan berdoa lagi, "Ya Allah, aku tahu bahwa tiada yang mustahil bagi-Mu. Bantulah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe karena inilah mata pencarian kami. Aku mohon, jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe, amin."

Dengan penuh harapan, Emak pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan itu. Apakah yang terjadi? Emak menjadi heran sebab kacang-kacang kedelai itu ... masih tetap seperti semula!

Hari pun semakin siang. Artinya, pasar pun sudah ramai didatangi pembeli. Emak tetap tidak kecewa atas doanya yang belum terkabul. Berbekal keyakinan yang sangat tinggi, Emak memaksakan diri untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu. Emak berpikir, mungkin keajaiban Allah akan terjadi dalam perjalanannya ke pasar.

Dia pun berangkat ke pasar. Semua perlengkapan untuk menjual tempe, seperti biasa, dibawa bersama. Sebelum keluar dari rumah, Emak sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, "Ya Allah, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara, aku berjalan menuju ke pasar, karuniakanlah keajaiban ini buatku, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe, amin." Dengan penuh keyakinan, wanita tua ini pun berangkat. Di sepanjang perjalanan, dia tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya.

Sesampai di pasar, cepat-cepat, Emak meletakkan barang-barangnya. Emak betul-betul yakin kalau tempenya sekarang sudah benar-benar matang dan siap untuk dijual. Dengan hati yang berdebar-debar, Emak pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan yang ada. Perlahan-lahan, Emak membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya benar-benar tidak berubah, masih seperti semula!

Emak menarik napas dalam-dalam. Harapan dikabulkan-nya doa perlahan menipis. Emak merasa Allah tidak adil. Allah tidak kasihan kepadanya. Inilah satu-satunya sumber penghasilannya: berjualan tempe.

Dia pun hanya duduk saja tanpa membuka barang dagangannya itu sebab dia yakin bahwa tiada orang yang akan membeli tempe yang baru setengah jadi. Hari pun beranjak petang dan pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mulai berkurang.

Emak melihat para penjual tempe lainnya, jualan mereka sudah hampir habis. Emak tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa dia pulang tanpa membawa hasil jualannya hari itu.

Namun, jauh di sudut hatinya, Emak masih menaruh harapan terakhir kepada Allah, pasti Allah akan menolongnya. Walau tahu bahwa hari itu dia tidak akan mendapatkan pendapatan langsung, tetapi Emak berdoa untuk terakhir kali "Ya Allah, berikanlah penyelesaian terbaik terhadap tempeku yang belum jadi ini."

Tiba-tiba, Emak dikejutkan oleh teguran seorang wanita. "Bu ...! Maaf ya, saya ingin bertanya, apakah Ibu menjual tempe yang belum jadi? Dari tadi, saya sudah pusing berkeliling pasar ini untuk mencarinya, tapi tidak ketemu juga."

Emak langsung termenung, seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. Betapa tidak terkejut, sejak sepuluh tahun dia menjual tempe, tidak pernah ada seorang pun pelanggan yang mencari tempe belum jadi.

Sebelum Emak menjawab sapaan wanita di depannya itu, cepat-cepat Emak berdoa di dalam hatinya "Ya Allah, saat ini aku tidak mau tempe ini menjadi matang. Biarlah kacang kedelai ini tetap seperti semula, amin."

Sebelum menjawab wanita itu, Emak pun membuka sedikit daun penutupnya. Alangkah senangnya hati Emak, ternyata memang benar, tempenya masih seperti semula! Hati Emak pun bersorak gembira. "Alhamdulillah," ucapnya.

Wanita itu pun memborong semua tempenya yang belum jadi itu. Sebelum wanita itu pergi, Emak sempat bertanya mengapa dia membeli tempe yang belum jadi. Wanita itu menerangkan bahwa anaknya yang tengah sekolah di Inggris ingin makan tempe dari desa.

Karena tempe itu akan dikirimkan ke tempat anaknya itu, si Ibu pun membeli tempe yang belum jadi. Harapannya, apabila sampai di Eropa nanti, akan menjadi tempe yang sempurna. Kalau dikirimkan tempe yang sudah jadi, sesampainya di sana, tempe itu sudah tidak enak lagi dimakan.

Demi Allah, tiada seorang pun yang berbaik sangka kepada Allah, melainkan pasti akan memberikan kepadanya apa yang dia sangkakan. Sebab, semua kebaikan itu ada dalam genggaman Allah.

Maka apabila Allah sudah memberi husnuzan-Nya, berarti Allah akan memberi apa yang disangkakannya itu. (Abdullah bin Mas'ud)


Semoga Bermanfaat....
Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

NASEHAT PERNIKAHAN

♥♥ . . ♥♥* NASEHAT PERNIKAHAN *♥♥ . . ♥♥


♥♫♥♫♥♫♥♫♥♫♥♫♥♫♥♫♥♫♥

Bissmillahirrahmanirrahiimm...

♥♥ KETIKA AKAN MENIKAH janganlah mencari istri,tapi carilah ibu bagi anak-anak kita,janganlah mencari suami ,tapi carilah ayah bagi anak-anak kita
.
♥♥ KETIKA AKAN MELAMAR Anda bukan sedang meminta kepada orang tua /wali si gadis,tetapi meminta kepada Alloh melalui orang tua /wali si gadis.

♥♥ KETIKA AKAD NIKAH Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu,tetapi menikah dihadapan Alloh.

♥♥ KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda ,karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan doa mereka.

♥♥ SEJAK MALAM PERTAMA Bersyukur dan bersabarlah,Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.

♥♥ SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga,tapi juga melaui semak belukar yang penuh onak dan duri.

♥♥ KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA 0LENG Jangan saling berlepas tangan,tapi sebaliknya erat berpegang tangan.

♥♥ KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK Cintailah isteri atau suami anda 100%.

♥♥ KETIKA MEMILIKI ANAK Jangan bagi cinta anda kepada suami/istri dan anak anda,tetapi cintailah istri atau suami anda 100% dan cintailah anak-anak anda masing-masing 100%.

♥♥ KETIKA EK0N0MI KELUARGA BELUM MEMBAIK Yakinlah bahwa pintu rezeki terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan istri.

♥♥ KETIKA EK0N0MI MEBAIK Jangan pernah berfikir bahwa orang akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.

♥♥ KETIKA MENDIDIK ANAK Boleh bermanja-manja kepada istri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila istri membutuhkan pertolongan anda.

♥♥ KETIKA ANDA ADALAH SUAMI Boleh bermanja-manja kepada istri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila istri membutuhkan pertolongan anda.

♥♥ KETIKA ANDA ADALAH ISTRI Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut,tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak,karena orang tua yang baik adalah orang tua jujur kepada anak.

♥♥ KETIKA ANAK BERMASALAH Yakinlah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerja sama denagn orang tua,yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.

♥♥ KETIKA ADA PIL Jangan diminum,cukuplah suami sebagai obat
.
♥♥ KETIKA ADA WIL Jangan dituruti,cukupilah istri sebagai pelabuhan.

♥♥ KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA Pilihlah potrt keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

♥♥ KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS Gunakanlah formula 7K 1Ketaqwaan 2Kasih sayang 3Kesetiaan 4Komunikasi dialog 5Keterbukaan 6Kejujuran 7Kesabaran.

*Semoga diriku dirimu dan diri kita semua termasuk Hamba yang disayang olehNya...Aaamiiin yaa Mujiib yaa Rabbala'allamiiin...

Semoga bermanfaat...
Salam Ukhuwah Fillah ya Akhi wa Ukhti fillah.

Puthrie Uhibbukum Fillah Dua
(http://facebook.com/puthriealjabbar)

kisah " PAK TUA PENJUAL AMPLOP"

*** KISAH MOTIVASI NYATA ***
" PAK TUA PENJUAL AMPLOP"








Bismillahirrahmaani rrahiim.........

Setiap menuju ke Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas di lihat, barang jualannya itu terasa “aneh” di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat.

Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, barang mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya. Tentu agak aneh dia “nyempil” sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat.

Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu.

Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur. Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Yach, sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya menghampiri bapak tadi. Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusan plastik itu. “Seribu”, jawabnya dengan suara lirih.

Astaga, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya. Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya.

Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak. Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak.

Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu. Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop. Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp 7.500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp 250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu.

Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan. Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi.

Setelah selesai saya bayar Rp 10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor. Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis.

Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata. Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di facebook yang bunyinya begini : “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap..”.

Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka. Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka semoga saja perbuatan baik kita dapat berbuah menjadi suatu akibat yang baik pula, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat. Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua.

Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.


Subhanallah...
Sahabat semoga kisah ini menjadi renungan buat kita dan bisa kita ambil hikmahnya.......... Aamiin Ya Rabbal 'alamiin....

renungan Kisah nyata

  

“Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh”

RENUNGAN KITA SEMUA,,

DIMANAKAH HATI NURANI..??

Kisah Nyata ..!!!
Terjadi Di Jakarta !!!
“Seorang Ayah Menggendong Mayat Anaknya Dari RSCM Ke Bogor Karena Tak Mampu Bayar Ambulan !!
Penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) jurusan Jakarta – Bogor pun geger minggu (5/6).
Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn).”

“Supriono akan memakamkan si kecil di kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa (KRL). Tapi di stasiun tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan.
Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber.
Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.”

“Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber.
Dia sudah membawa khaerunisa untuk berobat ke puskesmas kecamatan Setiabudi.
“Saya hanya sekali bawa khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari..” Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.”

“Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan Sang Ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau.
Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya.
Supriono dan muriski termangu.
Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans.
Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan mendorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke stasiun tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di kramat, Bogor.
Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.“

“Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di stasiun tebet.
Yang tersisa hanya-lah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang tercinta nya itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap sang Khalik.
Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika (KRL) jurusan bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang (KRL) yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet.
Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.”

“Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM.
Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku.
Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya.
Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.”

Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.”

“Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut, karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama.
“Peristiwa itu adalah dosa, masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa.
Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap.
Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia,” Ujarnya...

` ` ` ` ` ` `

“Astaghfirullah,,, dimana hati Nurani Manusia,,,???”

“Silahkan share dan sebarkan kisah ini,
Agar pemerintah mengetahui Nasib Rakyat yang tidak mampu,,!”

Senin, 12 Maret 2012

MOTIVASI DIRI

KESUNGGUHAN

Banyak sekali orang yang ingin menjadi pengusaha besar, tetapi yang tidak bersungguh-sungguh menginginkan keberhasilan.

Bagaimana mungkin orang percaya bahwa dirinya menginginkan sesuatu yang besar dan pantas untuk mencapai yang besar;

jika dia malas,
mengutamakan penundaan,
mengutamakan pekerjaan yang kecil-kecil dan mudah-mudah saja,
mensyaratkan yang belum ada untuk melakukan yang belum tentu dilakukannya,
melihat keberuntungan lebih penting daripada upaya,
berharap kepada perhitungan nasib oleh orang lain dan kepada hal-hal yang selain Tuhan,
mengeluhkan tidak adanya modal dan kesempatan,
melihat kesulitan sebagai penghalang dan bukan sebagai batu pijakan untuk naik,
tidak mengikhlaskan diri belajar dari yang telah membuktikan,
mengutamakan keuntungan pribadi daripada keuntungan yang dilayaninya,
tidak menyertakan Tuhan dalam setiap niat dan upayanya,
dan
tidak percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkannya jika dia berani melakukan sesuatu yang menjadikan dirinya keuntungan bagi sesama,
dia tidak ikhlas menerima kebesaran dan kekayaan Tuhan,
sehingga
dia menakar dan membatasi kemampuan Tuhan untuk menjadikan dirinya sebesar yang diimpikannya,
sehingga
dia hanya meminta dan berdoa bagi yang kecil-kecil saja,
dia berpegangan erat kepada hal-hal yang selama ini dikeluhkannya,
karena tidak percaya bahwa Tuhan mampu untuk menyejahterakannya di dalam pilihan-pilihan lain yang lebih berkah,
sehingga
dia tetap menua dalam keluhan,
dia tidak mengambil jaminan Tuhan yang akan memuliakan orang yang memuliakan-Nya,
dia berdiri ketakutan di bibir tebing,
mengeluhkan tempatnya berada,
mengetahui bahwa tempat yang lebih baik itu bukan di sini,
dan ada di tempat yang akan diketahuinya jika dia berani melompat,
tetapi dia terlalu takut,
sehingga
dia tidak terjun sambil membuat sayap.

………..

DIRI ANDA

Semua orang yang berhasil, mencapai keberhasilan mereka dengan menggunakan apa pun yang ada pada dirinya - sebagai keuntungan bagi orang lain.

dia tidak mengharapkan menjadi orang lain yang bukan dirinya, tidak menyesalkan kelahirannya yang tidak seberuntung orang lain, tidak mensyaratkan semuanya untuk menjadi lengkap dulu - sebelum dia memulai, dan meyakini bahwa semua yang besar dimulai dari yang kecil, semua yang banyak dimulai dari yang sedikit, dan

semua keberhasilan adalah keberhasilan pribadi.

………..

ORANG LAIN, PELAYANAN, DAN KEUNTUNGAN.

Kita disebut penting, hanya jika kita penting bagi orang lain, dan kita disebut berguna - jika kita berguna bagi orang lain.

Tidak ada orang yang bisa menjadi hartawan dengan jujur, tanpa memperkaya kehidupan orang lain.

Sehingga, pertanyaan penting yang harus Anda tanyakan kepada diri sendiri, adalah:

Apakah yang ada pada diri Anda dan yang dapat Anda lakukan, yang akan menjadikan kehidupan orang lain lebih baik?




Kesungguhan Anda untuk menjadikan diri dan yang Anda lakukan sebagai keuntungan bagi mereka yang Anda layani.
Marilah kita sadari bahwa Indonesia akan menjadi negeri dan bangsa yang lebih kuat, jika sebagian besar pribadi pembentuknya adalah wirausahawan, dan bukan pegawai.

Jika Anda masih berstatus pegawai, janganlah berkecil hati - karena jembatan terbaik yang menghubungkan karir sebagai pegawai dengan karir sebagai pengusaha, adalah menjadikan diri Anda yang masih pegawai - sebagai PENGUSAHA KEBAIKAN.


Banyak pengusaha yang bukan pengusaha kebaikan, dan itu tidak lebih baik daripada tidak menjadi apa-apa. Karena, orang yang tidak mengusahakan kebaikan bagi orang lain, pasti mengupayakan kerugian bagi siapa pun yang berhubungan dengannya.

Maka,

Siapa pun telah sebetulnya menjadikan dirinya pengusaha yang berbakat bagi semua kebesaran, jika dia bersungguh-sungguh menjadikan diri dan yang dikerjakannya sebagai keuntungan bagi yang dilayaninya,

apakah dia masih berstatus karyawan, atau telah memulai dan menjadi pengusaha yang membangun kemandirian finansial.




Tetaplah menjadi pelayan bagi kebahagiaan jiwa-jiwa terkasih yang Anda sebut keluarga itu, dan jadikanlah kehadiran Anda sebagai hadiah bagi mereka yang Anda layani dalam apa pun pekerjaan Anda.

Mudah-mudahan Tuhan menyegerakan pencemerlangan pandangan Anda mengenai kehidupan, dan menunjuki Anda kepada jalan mengindahkan kehidupan Anda dengan keluarga terkasih.

Jalan-jalan kebaikan adalah jalan Tuhan.
Maka kita yang berjalan di jalan kebaikan, telah sebenarnya berjalan bersama Tuhan.


Marilah kita selalu ingat, dan melafalkannya dalam hati atau terucap - dengan kesyahduan yang dalam, bahwa:

Saya + Tuhan = Cukup


SUMBER:
Mario Teguh Golden Ways

Kamis, 01 Maret 2012

DEWASA DAN BERPIKIR DEWASA

DEWASA??? YA ATAU BELUM???

ah, mungkin sesuatu yang bukan lagi pertanyaan untuk orang yang sudah berumur 20 tahun ke atas lagi. mengapa? ya, karena sudah bukan jamannya lagi membicarakan dewasa berdasarkan umur dong. lalu kenapa dan bagaimana dewasa yang sebenarnya?
pernah aku berpikir bahwa makna dewasa adalah ketika seseorang bisa membedakan sesuatu yang benar dan salah dan dia bisa mengambil jalan yang benar dari sesuatu yang membuatnya mengambil suatu hikmah. ternyata aku agak salah soal ini, suatu hari aku mengikuti kuliah psikologi, di sana dari seorang dosen muda psikologi, aku dapati arti sebenarnya makna dewasa itu. dan maknanya adalah ketika seseorang mulai menentukan ke mana arah kehidupannya nanti.
memang dulunya aku rasa itu terlalu sederhana, tapi mari kita pikir bersama, ternyata maknanya sangat luas.
ke mana kita akan melangkah?
kapan kita harus maju?
di mana kita akan mengadu nasib?
sudah siapkah diri kita menghadapi semua itu?
itulah mengapa harus kita persiapkan benar-benar segala potensi yang ada pada diri kita. dari situlah kita perlu menjadi dewasa atau berpikir dewasa, kita harus segera menentukan tujuan hidup kita jika tidak ingin tersingkir dari putaran roda kehidupan ini dengan kata lain kita hanya hanya sebagai orang yang tidak punya arah. untuk mencapai tujuan hidup itu sangatlah berat, taka ada satupun hal yang mudah jika kita ingin sesuatu yang besar, sesuatu yang berharga. diperlukan pengorbanan, kerja keras, sabar, dan do'a agar kita sukses. tetapi janganlah lupa akan sesuatu yang paling bernilai dari kerja keras kita, adalah kewajiban kita untuk beribadah kepada Allah SWT, karena tanpa ridho-NYA lah segala sesuatu tidak akan terjadi.
semoga ini menjadi pemikiran kita bersama,...